Tuesday, September 22, 2015

Eksplorasi Batubara

Penerapan ilmu geologi di dalam industri batubara digunakan untuk menentukan keadaan lokaasi dan pengembangan sumber daya yang ada pada keadaan tertentu, serta merencanangkan bagaimana mengekstrasi batubara secara ekonomis.
Untuk menentukan pekerjaan penambangan daerah batubara yang baru atau pengembangan tambang yang sudah ada akan terkait empat komponen terpisah tetapi secara luas tumpang tindih:
  1. Eksplorasi: memilih dan memanfaatkan sifat geologi dari daerah baru yang mengandung batubara
  2. Desain; merancang dan mengevaluasi secara ekonomis cara penambangan yang paling cocok untuk dareah yang dieksplorasi
  3. Pemasaran; mencari pasar yang cocok untuk batubara yang datang dari penambangan,
  4. Pengembangan: membuat bangunan dan fasilitas yang diperlukaan untuk memproduksi batubara secara tetap.

Eksplorasi Batubara

Tujuan eksplorasi geologi untuk batubara umumnya mempunyai satu dari dua kemungkinan berikut:
  • untuk menentukan suatu daerah baru yang megandung batubara dalam jumlah tertentu dengan kualitas yang baik, atau
  • untuk menentukan kuantitas serta kualitas batubara dari daerah tertentu yang dapat diekstraksi secara ekonomis.
Seperti aktivitas eksplorasi yang lainnya, pengevaluasi dari endapan batubara menyangkut operasional sebagai berikut:
  1. Meminta izin untuk mengeksplorasi daerah penyelidikan
  2. Mengevaluasi informasi geologi yang telah ada
  3. Mengerjakan eksplorasi permukaan / mapping geologi (surface)
  4. Mengerjakan eksplorasi di bawah permukaan tanah / pengeboran (subsurface)
  5. Mengambil sampel batubara dan menganalisanya di laboratorium
  6. Menaksir cadangan batubara dan faktor geologi untuk menambangnya.
Gambar 1. Contoh aktifitas mapping geologi
Gambar 2. Contoh Rig pengeboran batubara
Ada beberapa literatur yang mengemukakan tahapan - tahapan eksplorasi sebagai berikut:
  • Survei tinjau atau penyelidikan pendahuluan (reconnaissance)
  • Propeksi atau penyelidikan umum (prospecting)
  • Eksplorasi pendahuluan (preliminary exploration)
  • Eksplorasi rinci (detailed exploration)
Penetapan eksplorasi batubara akan mengikuti Standar Australia "AS 2519 - 1982. "Guide to the Evaluation of Hard Coal Deposits Using Borehole Techniques". Standar Australia AS 2519 - 1982 mengemukakan lima tahapan eksplorasi sebagai berikut:
  • Tahapan praeksplorasi 
  • Eksplorasi tahap pertama: regional
  • Eksplorasi taha kedua: evaluasi dan komersil 
  • Eksplorasi tahap ketiga: perencanaan tambang
  • Eksplorasi tahap keempat: pengambilan sample meruah (bulk sampling) dan atau percobaan penambangan
Gambar 3. Skema tahapan eksplorasi batubara

Pustaka




ACA (1982), Coal for the eighties, Australian Coal Association, New South Wales, Australia, 1982

AS 2519 - 1982. "Guide to the Evaluation of Hard Coal Deposits Using Borehole Techniques

MUCHJIDIN (2006), Pengendalian mutu dalam industri batu bara. Penerbit ITB, Bandung,2006



Friday, September 18, 2015

1. Klasifikasi Batubara

Karena rumitnya sejarah geologi dari suatu batubara, mengkaraterisikan batubara merupakan suatu proses yang memboroskan waktu dan biaya mahal. Oleh karena itu, suatu gagasan timbul untuk membuat sistem klasifikasi batubara.

Gambar 1. Perubahan berbagai perameter karena berubahnya rank.

Tujuan klasifikasi ialah mengelompokan atau menggolongkan sesuatu berdasarkan aturan yang ditetapkan. Sesuatu sisem klasifikasi akan bergantung pada pengguanaannya. Sistem klasifikasi batubara secara luas sendiri terdiri dari dua jenis yaitu secara ilmiah dan komersial. Klasifikasi secara ilmia terpusat pada aspek - aspek :

  • Asal mula batubara.
  • Konstitusi, yaitu susuna dan struktur rank batubara.
  • Sifat - sifat "fundalmental".
  • Lapisan batubara tunggal (artinya bukan campuran atau blending).
Klasifikasi secara komersial lebih terpusat pada aspek - aspek batubara sebagai berikut :
  • Nilai perdagangan / pasar
  • Pemanfaatannya
  • Sifat - sifat "teknologi", yaitu sifat - sifat yang berkaitan secara langsung dengan karakteristik / sifat batubara waktu dimanfaatkan.
  • Karakteristik
  • Lapisan batubara tunggal (bukan campuran atau blending).
Gambar 2. Tabel Sifat -  utama batubara yang digunakan dalam sistem klasifikasi
Gambar 2. diatas memperlihatkan berbagai parameter yang digunakan dalam mengklasifikasikan batubara. Harus diingat disini bahwa digunakan beberapa parameter penting, baik dalam klasifikasi secara ilmiah maupun secara komersial. sistem komersial menitikberatkan pada pemakaian praktis batubara. Titik awal sistem ini adalah mengidentifikasikan kecocokan batubara untuk pemanfaatan tertentu. Kebanyakan sitem klasifikasi yang dibuat adalah sistem komersial yang menggolongkan batubara menjadi empat kelas: lignit, subbitumen, bitumen, dan antrasit. Istilah ini secara umum digunakan dalam literatur batubara. Di Eropa, batubara dbagi menjadi dua golongan, yaitu hard coal dan soft coal ( brown coal).

1.1 Klasifikasi menurut Seyler

Sistem klasifikasi batubara secara ilmiah kebanyakan berdasarkan pada senyawa batubara dengan basis kering. Istilah basis dalam cara melaporkan hasil analisis.

Salah satu cara kuno tetapi masih merupakan sistem yang bagus sekali adalah cara klasifikasi yang dikemukakan oleh Seyler pada tahun 1899, lihat gambar 3.

Gambar 3. Grafik sisem klasifikasi batubara cara Seyler.
Dasar klasifikasi Seyler adalah analisis ultimat dari senyawa organik dalam batubara. Sebagai basis adalah unsur karbon (dmmf) yang diplot terhadap unsur hidrogen (dmmf) sebagai ordinat. Batubara rank rendah dengan kandungan karbon rendah dan hidrogen tinggi, diplot sebelah kanan grafik. Untuk  batubara dengan tipe sebagai ciri khasnya (terang dan kaya akan vitrinit), Seyler menggunakan prefix ortho (typical dan normal). Batubara yang mengandung karbon yang lebih dari type ortho diberi prefix meta, sedangkan yang karbonnya kurang diberi prefix para. Prefix per-hydrous diberikan pada batubara dengan kandungan hidrogen lebih dari normal, bright coal, sedangkan untuk batubara yang mengandung hidrogen dari normal diberi prefix sub-hydrous.

1.2 Klasifikasi menurut ASTM

Sistem klasifikasi ASTM digunakan secara ekstensif di Amerika Utara dan beberapa negara di dunia. Sistem klasifikasi ASTM dikelompokan berdasrakan hierarki, segi koersial, rank untuk  batubara tunggal, mengikutsetakan  batubara dari semua rank, sederhana, mudah diingat (dalam literatur digunakan nama dan buka sandi, mudah dimengerti dan mudah digunakan.

Dua parameter yang digunakan untuk mngklasifikasikan  batubara menurut rank, yaitu fixed carbon (dmmf) untuk  batubara degan rank tinggi dan gross calorific value (dmmf) untuk  batubara rank rendah. sifat agglomerating digunakan untuk membedakan antara kelompok yang berdampingan. Volatile matter yield berkaitan dengan kandungan fixed carbon, jadi dapat digunakan sebagai pengganti fixed carbon. Klasifikasi seluruhnya diperlihatkan dalam Gambar 4 dibawah ini dengan satuan SI yang merupakan modifikasi seluruhnya dari aslinya ( Standart ASTM D 388-1984).

Gambar 4. Sitem klasifikasi batubara berdasarkan rank menurut ASTM


1.3 Klasifikasi internasional

Dalam membicarakan sistem klsifikasi  batubara secara internasional, dibagi menjadi tiga bagian:
  1. Klasifikasi hard coal.
  2. Klasifikasi higher rank coal.
  3. Brown Coal.

Daftar Pustaka

ANSI (1988), Classification of coals by rank, ASTM D388-84, 1998 Annual books of ASTM Standards, Volume 5.05 American Society for Testing and materials, 1988

CARPANTER, A.N.,(1988), Coal Classification , IEACR/12, IEA Coal Research, London, 1988

MUCHJIDIN (2006), Pengendalian mutu dalam industri batu bara. Penerbit ITB, Bandung, 2006

ECONOMIC COMMISSION FOR EUROPE (1988) International codification system for medium and high rank coals

ECONOMIC COMMISSION FOR EUROPE (1956) International classifikation of hard coals by types. E/ECE/247, E/ECE/COAL/110, New York, NY, USA. United Nations, 1956

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARdIZATION (1974), Brown coals and lignit - classification by types on the basisof total moisture content and tar yeild, ISO 2950-1974, Geneva, Switzerland International Organization For Standardization (1974)

MAHER, T.P.,(1987), Coal spesifikation, UNDP Coal Technology Course, Institut Of Coal Research, Newcastel, Australia, 1987

MUCHJIDIN (2006), Pengendalian mutu dalam industri batu bara. Penerbit ITB, Bandung, 2006

WOOD, G.H. et.al (1983), Coal Resource Classification system of the U.S. Geological Survey, Geological Survey Circular 891, USGS, Virginia, USA, 1983.




Tuesday, September 15, 2015

Harga Batubara September 2015


Gambar. Harga batubara terus menurun
KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mematok harga batubara acuan (HBA) September 2015 USD 58,21 per ton, atau turun 1,5 persen dibanding Agustus USD 59,14 per ton.

"HBA September ini lebih rendah dari Agustus kemarin. HBA bulan ini ditetapkan USD 58,21 per ton," kata Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara, Ditjen Minerba, Kementerian ESDM Adhi Wibowo di Jakarta, Kamis (3/9).(by:kaltimpost)

Adhi menuturkan, HBA terus melemah lantaran kondisi pasar di internasional. Sekadar mengingatkan, HBA merupakan rata-rata harga jual yang berlaku di empat indeks, yakni Indonesia Coal Index, Index Platts 59, New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index.

Selain itu, kondisi perekonomian global yang belum membaik dan rendahnya harga minyak dunia turut memengaruhi harga batubara. "HBA itu bergantung harga di pasar luar. Maka sangat berpengaruh situasi internasional yang tidak mencerminkan kondisi riil batu bara nasional," ujar Adhi.

Adhi mengatakan, revisi formula HBA ditargetkan rampung pada Oktober nanti. Dengan revisi itu diharapkan harga batu bara yang ditetapkan mampu menunjukkan kondisi riil di dalam negeri.

Diharapkan revisi formula mampu mendongkrak harga batu bara. "Alasan formula HBA direvisi mencerminkan kondisi riil Indonesia. Kami targetkan Oktober sudah selesai," ujar Adhi.

Harga batubara terus mengalami pelemahan sejak awal 2015 yang kala itu berada di level USD 64,02. Penurunan harga ini paling rendah sejak 2009. Rata-rata HBA tertinggi mencapai USD 122 per ton di 2011.
Sumber : kaltimpost.co.id

HARGA BATUBARA ACUAN (HBA) & HARGA PATOKAN BATUBARA (HPB) BULAN SEPTEMBER 2015

HBA
HBA (US$/TON)
58.21
FOB VESSEL
Kualitas:
CV=6322 kcal/kg GAR; TM=8%;
TS=0.8% ar; ASH=15% ar

Sumber : minerba.esdm.go.id

HPB BATUBARA MARKER 
NO.
MEREK DAGANG /
KUALITAS TYPICAL
HPB
BRAND
CV
TM
TS
ASH
MARKER
(kcal/kg GAR)
(%)
(%)
(%)
(US$/TON)
1
Gunung Bayan I
7.000
 10,00
1,00
15,00
 62,25
2
Prima Coal
6.700
12,00
0,60
5,00
63,81
3
Pinang 6150
6.200
14,50
0,60
5,50
57,65
4
Indominco IM_East
5.700
17,50
1,63
4,80
47,82
5
Melawan Coal
5.400
22,50
0,40
5,00
47,48
6
Envirocoal
5.000
26,00
0,10
1,20
45,35
7
Jorong J-1
4.400
32,00
0,25
4,15
36,48
8
Ecocoal
4.200
35,00
0,18
3,90
33,56
Sumber : minerba.esdm.go.id








CONTOH HARGA PATOKAN BATUBARA LAINNYA YANG TERDAFTAR DI DITJEN MINERBA







NO.
MEREK DAGANG /
KUALITAS TYPICAL
HPB
BRAND
CV
TM
TS
ASH
MARKER
(kcal/kg GAR)
(%)
(%)
(%)
(US$/TON)
9
Gunung Bayan II
7.000
12,00
2,00
10,00
58,85
10
Marunda Thermal Coal
6.600
11,00
0,50
10,00
61,99
11
Trubaindo HCV_HS
6.553
12,00
1,69
4,21
58,47
12
Medco Bara 6500
6.500
10,00
3,28
9,38
50,87
13
Trubaindo HCV_LS
6.423
11,50
0,71
4,76
61,35
14
AGM Waruba Coal
5.313
23,00
0,24
4,00
47,58
15
Pinang 6000 NAR
6.300
14,00
0,60
5,50
58,82
16
Arutmin Satui 10
6.300
11,00
1,00
10,00
57,32
17
Arutmin Senakin
6.250
11,00
1,00
12,00
56,07
18
Arutmin A6250
6.250
10,00
1,20
12,00
55,90
19
Mandiri 1

5.200
25,00
0,60
7,00
43,03
20
Wahana Coa
6.200
12,00
0,90
10,00
56,20
21
Medco Bara 6200
6.200
10,00
4,00
12,00
44,25
22
Indominco IM_West / 6500
6.171
15,50
0,76
5,22
56,26
23
TAJ Coal

6.200
10,00
1,00
14,00
55,45
24
Mandiri 2

5.100
26,00
0,60
7,00
41,77
25
Trubaindo MCV_LS
6.143
14,00
0,76
5,20
56,95
26
SKB Coal

6.130
9,00
2,20
17,00
49,43
27
Baramarta Coal
6.112
9,50
0,95
13,00
55,56
28
Arutmin A6100
6.100
11,50
1,00
12,50
54,23
29
Insani Coal
6.050
19,00
0,15
3,20
56,39
30
BCS Coal

5.915
15,10
0,56
9,40
53,46
Sumber : minerba.esdm.go.id

















Itu adalah sebagian kecil contoh harga - harga merek dagang / brand yang dijual oleh perusahaan tambang batubara di Indonesia.


Sumber :

http://www.kaltimpost.co.id

http://www.minerba.esdm.go.id